TUGAS MAKALAH
BAHASA INDONESIA
OLAHRAGA PANJAT TEBING
Sumber Gambar : Logo UNM Terbaru
DISUSUN
OLEH :
Nama:
Nim:
Prodi:
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa saya telah dapat membuat Makalah Tentang Olahraga Permainan Bola Basket, walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan yang saya hadapi dalam menyusun makalah ini, dan mungkin makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan saya.
Oleh
karena itu saya sangat mengharapkan ktitik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak terutama dari Bapak/Ibu dosen supaya saya dapat lebih baik
lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari, dan semoga makalah ini
berguna bagi siapa saja terutama bagi teman-teman yang hobi atau ingin lebih
tahu lebih banyak tentang olahraga bola basket.
Makassar, 15 Januari 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Sampul........................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Panjat Tebing........................................................... 2
B. Sistem Panjat Tebing................................................................. 3
1.Alpine Push............................................................................... 3
2.Himalayan Style........................................................................ 4
C. Teknik Panjat Tebing................................................................. 4
D. Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan................ 7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................... 9
Daftar Pustaka............................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panjat tebing merupakan olahraga ekstrim dan penuh tantangan,namun dibalik itu
olahraga ini banyak penggemarnya dan sampai sekarang olahraga ini terus
mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka dari itu saya selaku orang yang
berada dalam bidang olahraga ingin menambah wawasan dalam olahraga ini.
(FPTI:1988 “Materi Dasar Kepencintaalaman”. Yogyakarta : Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi).
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui
Tentang panjat tebing
2. Sistem apa yang dipakai
3. Apa sajakah Teknik panjat
tebing
C. Tujuan
Dengan mempelajari tentang olahraga ini maka :
1. Akan mengetahui lebih luas
tentang panjat tebing.
2. Dapat memberikan materi
olahraga ini pada siapapun yang membutuhkan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Panjat
Tebing
Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock
Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan
merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan
dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan
teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing
dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan
mencapai lebih dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pertama kali panjat tebing
dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen. Tahun 1910, penggunaan
alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas pada
carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak itulah pendaki dari
Austria dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat baru dalam panjat
tebing. Di Inggris sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat sangat
dibatasi dalam penggunaan piton dengan alasan merusak lingkungan. Hal itulah
yang menyebabkannya ketinggalan dari Jerman. Teknik pemanjatan tebing dengan
menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.
2
B. Sistem
Ada dua sistem yang biasa digunakan
yaitu sistem alpine(alpine push) danHimalayan(Himalayan style)
1.Alpine push
Dalam sistem ini pemanjat
melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun kecamp, jadi pemanjat selalu ada
ditebing saat tidur sekalipun (hanging bivoac) segala aktivitas diluar
pemanjatan dilakukan ditebing untuk ini segala peralatan dan perbekalan harus benar
benar diperhitungkan . penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan
personil yang bertugas mengangkat barang- barang tersebut dengan sistem load
carry.jadi dibutuhkan mimimal 3 personil (1 orang leader, 1orang belayer,
1orang load carry) setelah pemanjat terakir(person load carry) sampai dipitch
atasnya , tali(fixe rope) yang
digunakan naik dengan sistem
jumaring langsung digulung untuk dibawa keatas . jadi tidak ada tali
menggantung untuk turun sebelum sampai puncak.
(1992 Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association
Climbing Instructur Seehan B.E, Alan).
Keuntungan
« Pemanjat tidak usah turun kedasar (base camp) untuk istirahat
(malam) dan naik lagi ke pitch terakhir untuk melakukan pemanjatan.
« Jumlah tali yang dibutuhkan relative sedikit (min 3roll)
« Waktu pemanjatan lebih singkat.
Kelemahan
« Segala sesuatu mulai dari membuka jalur dan
yang mengevakuasi barang-barang keperluan diatas harus dilakukan sendiri oleh
leade atau bellayer tersebut (termasuk pemasangan lintasan
untuk load carry)
« Waktu istirahat malam hari kurang karena tidur
menggantung
3
(UIAA:1992 Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing Instructur Seehan B.E,
Alan).
2. Himalayan style
pemanjatan dilakukan sampai
sore, kemudian pemanjat turun ke camp dasar dan pemanjatan diteruskan besok
pagi. Tali sampai pitch terakhir ditinggal untuk melanjutkan pemanjatan besok,
jadi sebelum leader dan bellayer melakukan pemanjatan mereka akan melakukan
jumaring sampai pitch terakhir kemudian baru leader melakukan pemanjatan.
Kelebihan
« Cukup dibutuhkan dua orang personil untuk
membuka jalur ( leader dan bellayer )
« Pemanjat dapat beristirahat dengan nyaman di
base camp
« Satu orang yang sudah mencapai sudah dianggap
berhasil
Kekurangan
« Butuh banyak peralatan terutama tali, panjang
tali disesuaikan dengan
panjang lintasan yang akan dilakukan dalam pemanjatan.
« Waktu pemanjatan lebih lama.
(UIAA:1992 Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing Instructur Seehan B.E,
Alan).
C.
TEKNIK PANJAT TEBING
Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan seluruh medan tebing, antara lain:
• Face
Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan
tonjolan batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai
pijakan kaki, pegangan tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.
4
• Friction
/ Slab Climbing, Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan
sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlaluvertical,
kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan
terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar
mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan
memberikan gaya gesek yang baik, sehingga pemanjatan dapat dilakukan dengan
lebih mudah.
• Fissure
Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure climbing ini lebih
memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan untuk melakukan
panjatan.
Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari fissure climbing, dikenal teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;
a. Jamming,
teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari
tangan, kaki, ataupun bagian-bagian tangan hingga bahu pemanjat dapat
dimanfaatkan sebagai tehnik untuk memanjat dengan cara memanfaatkan crack/retakan pada tebing untuk
melakukan pemanjatan. Peralatan yang digunakan secara mayoritas adalah pengaman
sisip.
5
b. Chimneying,
teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada tebing(chimney).
Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di salah
satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah
lagi menempel ke tebing yang berrada dibelakang pemanjat. Kedua tangan
diletakkan menempel pada tebing. Kedua tangan membantu mendorong ke atas
bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
c. Bridging,
teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).Tehnik
ini menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua permukaan
tebing. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang
juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
d. Lay
back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan kekuatantangan dan
kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan posisi
badan membeban ke belakang dan menempel kesisi tebing, untuk memperkuat
pegangan pemanjatnya. kedua kaki berpijak dan mendorong pada tepi celah yang
berlawanan untuk menghasilkan daya angkat.
e. Hand
traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal).
Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat verticalsudah tidak
memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena
seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat
6
mungkin
pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat
terbagi lebih rata.
f. Mantelself,
Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak
tinggi, namun cukup besar untuk diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya.
Kedua tangan digunakan untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan
kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi
tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang
dibantu dengan dorongan kaki.
strategi sangat diperlukan dalam setiap
pemanjatan tebing, selalu sensitif membaca keadaan, baik terhadap kemampuan
diri maupun keadaan medan yang ada, sensitif dengan keketerbatasan-keterbatasan
yang mungkin timbul dan selalu dapat mengambil keputusan untuk memnfaatkan
kemampuan diri maupun alat semaksimal mungkin, me-manage semua sumber daya
sebaik mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.
D.
Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan
Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan
peralatan yang digunakan dalam pemanjatan tebing:
7
a. Free Climbing, Sesuai
dengan namanya, pada free
climbing alat pengaman yang
paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan
adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti
prosedur yang tepat. Pada free
climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam
pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut
ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini
seorang pendaki diamankan oleh belayer.
(FPTI:1988 Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing
b. Free Soloing Climbing,
Merupakan bagian dari free
climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang
siap dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan
pengaman. Untuk melakukan free
soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala
bentuk rintangan dan keputusan untuk pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan
kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan
ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan
yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga
hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
(FPTI:1988 Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing
c. Atrificial Climbing, Pemanjatan
tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti piton, bolt, dll. Peralatan tersebut
harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang
atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.
(FPTI:1988 Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing) 8
BAB III
P E N U T U P
Kesimpulan
Olahraga panjat tebing pertama dikenal di kawasan Eropa tepatnta di pegunungan
Alpen dan pada tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing
mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas namun untuk teknik pemanjatan
tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920. di Indonesia sendiri
panjat tebing mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis oleh Mapala UI dan Wanadri diantaranya: Harry Suliztianto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing
Citatah Jawa Barat setelah itu berdirilah FPTGI diikrarkan di tugu monas 21
April 1988 lalu FPTGI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing
Indonesia). Dan tahun 1992 diakui sebagai anggota Union Internationale des Association d Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasai panjat tebing dan gunung
Internasional.
9
DAFTAR PUSTAKA
(FPTI:1988) “Materi Dasar Kepencintaalaman”. Yogyakarta : Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi.
(UIAA:1992) Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing
Instructur Seehan B.E, Alan.
(FPTI:1988) Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing
10
izin copy
BalasHapusIzin copy🙏🏻
BalasHapusIzin copy
BalasHapus